Hari ini, berhubung ban sepeda masih belum ditambal, naik angkot lagi pergi-pulang rumah-kampus. Ada beberapa hal menarik yang sempat kutemui dan akan kubagi di sini. Semoga bermanfaat 😀 .
Part 1: Saat Pergi
Di sekitar BTC, ada keluarga yang naik. Ayah (atau kakak mungkin… karena gak sempet tanya-tanya) dan putrinya, beserta saudara laki-laki sang ayah (agak mirip soalnya). Mereka habis jalan-jalan dari BTC membeli sesuatu (yang kulihat sih beli cd/dvd musik). Anak kecil yang dibawa itu lucu, dan well, nakal (nakalnya anak kecil 😛 ). Kadang sang ayah ditabrak (berhubung angkot kosong) bahkan pernah tangan sang ayah diinjak pakai sandalnya, tapi tingkah lakunya bikin seneng hati.
Hal yang menarik: di tengah perjalanan, sang anak iseng2 melihat penjuru mobil… Dia menemukan sampah bekas makanan yang dibawa (dan dibuang) entah oleh siapa. Sang anak memindahkan sampah tersebut dari posisi di bawah jok ke bagian kursi di sisiku. Ugh, dilema… Mau diambil dan disimpan untuk dibuang ke tempat sampah saat turun, tapi gak bawa kantong kertas atau plastik (nah, lagi pada kampanye anti plastik, tapi terkadang masih perlu plastik… alternatifnya apa dunks?). Akhirnya, dengan berat hati… kupindahkan lagi sampah tersebut ke bawah jok… Berat banget rasanya >_< (serasa mau mindahin gunung dari tempatnya – hiperbolis abis, tapi serius… berat :P).
Anyway, setelah kejadian itu… emang gak ada yang terlalu spesial selain sang anak sempat hampir terjatuh gara-gara berusaha jalan-jalan dalam mobil yang ngerem, tapi… ada sesuatu yang tiba-tiba muncul dalam benak. Apa itu? Ingin jadi anak kecil lagi hihihi. Being free, being careless, etc. Walau secara usia udah gak mungkin balik lagi, aku ingin tetap bisa merasakan keceriaan masa kecil dan kalau bisa membaginya bersama orang lain hehehe 😀 .
Part 2: Saat Pulang
Ada dua fragmen saat pulang.
Pertama, ada seorang tuna netra yang naik angkot. Entah kenapa aku terus memperhatikan orang itu. Merasa bersyukur masih bisa dapat penglihatan, dsb. Tapi ada satu hal yang menggelitik: ini orang buta naik angkot, apa dia bisa merasakan jalan yang membawanya menuju rumah; apa dia punya GPS alami dari inderanya yang lain yang masih berfungsi normal; atau gimana? (Maaf bukan apa-apa, pertanyaan konyol ini muncul dari dalam hati gara-gara rasa penasaran).
Sampai di suatu daerah, angkot menepi ke kiri dan supir berkata pada orang tersebut yang kira-kira bunyinya: Sudah sampai, Pak. Aku tersentak. Lho, kok pak supir bisa tau tujuan orang itu…? Masa’ dia pakai telepati? Atau sang tuna netra punya sistem messaging yang lebih canggih dari manusia biasa? Pikiranku melayang kemana-mana sampai pada akhirnya aku menemukan jawaban. Sederhana sekali. Saat orang itu mau naik angkot, dia diantar oleh seseorang (entah istilahnya apa… walker, gitu?). Nah, orang itu yang bilang ke supir tujuannya ke mana. Akhirnya nyengir sendiri mengingat kejadian itu. Hehehe.
Kedua, di angkot yang kutumpangi, isinya banyak siswi SMK. Entah bagaimana, yang jelas pembicaraan mereka terdengar di telinga dan mau nggak mau aku turut mendengarkan. Mereka sempat berbicara tentang salah seorang kawan mereka yang tidak dapat kesempatan untuk mengikuti ujian. Alasannya? Nggak bisa bayar SPP. Dengan nada sedih mereka bercerita bahwa wali kelas pun tampak sudah kesulitan untuk membantu.
Dari apa yang kudengar, orang yang mereka bicarakan tinggal di daerah Majalaya, daerah yang cukup jauh dari sekolah mereka. Lalu yang sempat kudengar pula, dia tidak mendapatkan izin dari kepala sekolah langsung. Siswi-siswi yang ada di dalam angkot sempat berbicara: padahal mestinya dikasih izin ikut ujian, dan uang SPPnya dibayar saat akan lulus.
Well, sedih juga sih… denger kasus seperti itu. Jelang lulus bangku sekolah, gak diizinkan ikut ujian 😦 . Jadi, bagi kita yang masih bisa merasakan bangku sekolah atau kuliah dengan lancar, belajar dengan baik dan ucapan syukur adalah suatu kewajaran bahkan keharusan.
——————————————————-
Life is full of ups and downs.
itu dia alasan sampe sekarang diriku masih aja ng-angkot, ga pake mobil pribadi(da belom punya :D) ga pake motor, apalagi ikutan aksi BTC (bike to campus) …
satu alasannya, karena di angkot kita bisa liat banyak hikmah dari penumpang lain…
Yakin deh, kejadian2 macem cerita diatas ga bakalan di jumpai klo ga pake angkot…
Salam